I. PENDAHULUAN

Usaha Agribisnis ayam petelur merupakan usaha yang strategis untuk dikembangkan. Telur merupakan bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan banyak dibutuhkan oleh industri makanan. Telur merupakan pangan padat gizi, karenanya telur merupakan sumber protein hewani, sumber asam lemak tidak jenuh, sumber vitamin dan mineral. Telur sangat baik untuk anak-anak dan orang dewasa, penderita diabetes (kencing manis) dan wanita yang ingin sehat dan langsing sehingga peluang pemasarannya sangat strategis.

Kandungan Gizi Telur

Zat Gizi/100g

Jumlah

Kalori (kkal)

173

Protein (g)

13

Lemak (g)

13

Karbohidrat (g)

0,1

Kolesterol (g)

550

Vitamin A (mcg)

660

Vitamin D (mcg)

1,3

Vitamin E (mg)

2,1

Cholin (mg)

504

Asam Folat (mg)

70

Sumber : Anggorodi, Ilmu makan ternak umum, 1987 dalam

Usaha di bidang peternakan saat ini sangat terbuka lebar karena kondisi alam yang memungkinkan dan adanya permintaan pasar yang semakin meningkat. Banyak peraturan investasi yang dicabut dan peran pemerintah saat ini hanya sebagai fasilitator saja. Selain itu, anggaran di bidang Peternakan juga semakin mengecil sehingga peluang usaha sektor swasta semakin luas. Data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Produksi Telur di Jawa Tengah pada tahun 2006 mencapai 125.221.390 kg dengan jumlah populasi total 13.160.587 ekor.

Pada prinsipnya setiap usaha memiliki keuntungan. Seperti usaha lainnya, usaha peternakan ayam petelur ini mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya dapat memberikan hasil setiap hari berupa telur yang dapat dinkmati setiap hari oleh peternak serta usaha ini membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas. Dengan 100 ekor layer hanya membutuhkan lahan minimum 50 m2. namun usaha ini juga mempunyai kendala yaitu jika tidak dikelola secara baik, ternak akan mudah terserang penyakit secara massal, perlu pengamanan baik agar tidak dicuri dan polusi yang disebabkan oleh kotoran ternak yang bau.

Tujuan dari pendirian perusahaan termasuk usaha agribisnis adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya sehingga dapat mempertahankan kelangsungan usahanya di samping alasan lainnya. Oleh karena itu semua kegiatan yang dilakukan perusahaan harus atau selalu diarahkan dalam pencapaian kestabilan kelangsungan hidup dan perkembangan usaha.

II. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP USAHA AGRIBISNIS AYAM PETELUR

Usaha agribisnispun sangat terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya baik dari luar maupun faktor dari dalam perusahaan itu sendiri.

  1. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Umum

Secara Umum faktor lingkungan sangat berpengaruh pada usaha agribisnis. Kondisi iklim dan situasi suatu wilayah akan mempengaruhi kinerja perusahaan karena bagaimanapun juga selain tergantung dari kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, kondisi iklim mempengaruhi secara langsung pada usaha ayam petelur (layer).

Ø Ekonomi

Secara makro, kondisi ekonomi Indonesia adalah ketidakstabilan kondisi politik dan sosial, pertumbuhan ekonomi yang lambat dengan angka inflasi yang tinggi. Lalu angka produksi yang meningkat dengan naiknya harga BBM, tarif listrik dan harga bahan baku. Selain itu rendahnya daya beli, dan angka pengangguran yang tinggi sangat mempengaruhi perkembangan dunia usaha peternakan. Hambatan juga disebabkan oleh regulasi pemerintah baik pusat maupun daerah. Harga pakan dan DOC yang semakin naik menyebabkan biaya produksi yang semakin naik sementara harga jual telur berfluktuasi yang kadang menyebabkan peternak merugi.

Selain itu pasca krisis moneter tahun 1997 sampai saat ini masih dirasakan oleh peternak selain itu krisis ekonomi di Amerika yang berimbas pada naiknya nilai Dollar Amerika membuat kondisi menjadi semakin buruk. Ketergantungan pakan dan obat yang hampir sebagian besar dipenuhi dari impor membuat cost produksi meningkat sementara harga jual telur fluktuatif per minggunya. Selain itu harga DOC dan pullet juga belum stabil karena permintaan pasar yang banyak pasca afkir menjelang lebaran sehingga jika harga telur tidak juga stabil di atas Rp. 9000 tentu sangat memberatkan peternak.

Ø Teknologi

Harus diakui pengetahuan dan teknologi peternak kita sangat jauh ketinggalan dari peternak negara lain bahkan dari negara terdekat kita, Thailand dan Malaysia. Pola pikir dan konsep kerja mereka jelas menekankan bahwa usaha di bidang peternakan ayam harus menguntungkan. Management guide strain ayam yang dipelihara selalu menjadi pijakan awal dan sekaligus tujuan final yang mesti dicapai. Penerapan teknologi ini bertujuan untuk menekan biaya produksi.

Perkembangan genetik ayam petelur semakin hari semakin pesat. Ini tentu saja harus disadari peternak dan diikuti perkembangannya. Beberapa strain baru bermunculan dengan keunggulan kualitas masing-masing. Beberapa jenis strain ayam petelur telah masuk ke pasaran Indonesia seperti Hisex, ISA, Hyline, Lohmann yang kesemuanya merupakan hasil rekayasa genetika di negara asing seperti Jerman dan Belanda. Kualitas telur yang dihasilkan dari ayam tipe ini lebih saleable, kualitas kerabang yang baik dan egg cost-nya rendah.

Dalam budidaya layer kunci dari keberhasilannya adalah efisiensi. Efisiensi ini dapat dicapai jika menggunakan cara dengan memelihara ayam dengan pola replacement yang stabil dan rutin tanpa terpengaruh kondisi apapun serta mengoptimalkan setiap generasinya sehingga akan diperoleh FCR yang stabil dan akan berakibat stabil pula cash flow dari peternak. Jika peternak dapat menggunakan 2 cara ini tentu akan dapat bersaing dengan peternak lain.

Ø Sosial Budaya

Tuntutan dan keinginan konsumen akan telur yang berkualitas merupakan tantangansekaligus peluang bagi peternak untuk menghasilkan telur yang berkualitas sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagian besar konsumen menginginkan telur dengan kualitas baik dengan kerabang yang relatif tebal dan berwarna kecoklatan sehingga tahan lama bila disimpan baik dalam temperatur ruangan maupun dalam lemari pendingin. Selain itu masyarakat saat ini sudah semakin cerdas, tuntutan konsumen saat ini sudah semakin bertambah. Keamanan pangan asal hewan telah menjadi hal yang dibutuhkan.

Keamanan pangan asal hewan berkaitan erat dengan rantai penyediaan pangan itu sendiri, terutama proses praproduksi. Faktor pakan, penyakit, dan penggunaan obat hewan memegang peran penting dalam sistem keamanan produk pangan asal hewan. Oleh karena itu penerapan HACCP pada setiap rantai akan dapat menjamin keamanan produk yang dihasilkan. Keadaan ini juga didesak oleh adanya UU No. 8 Tahun 1998 tentang perlindungan konsumen. Keberadaan residu obat hewan golongan antibiotik dan sulfa, hormon dan senyawa mikotoksin pada produk ternak telah dilaporkan.

Sering adanya isu di masyarakat seperti adanya penggunaan formalin pada produk pangan hewani, daging gelonggongan dan berbagai macam isu yang berkembang sering membuat harga telur menjadi terimbas. Dengan adanya isu makanan berformalin harga telur di pasaran cenderung naik karena banyak masyarakat yang takut mengkonsumsi daging dan beralih ke telur. Hal seperti ini tentu saja merupakan peluang yang besar bagi peternak layer.

Ø Internasional

Saat harus berhadapan dengan persaingan tingkat internasional tentu saja peternak kita masih harus banyak berbenah diri. Banyak kandang yang belum memenuhi syarat karena dekat dengan pemukiman sehingga saat adanya kasus flu burung, Indonesia menjadi sorotan utama dunia. Dari hal ini agaknya kita perlu belajar lebih banyak agar produk dapat bersaing di tingkat internasional dan mencegah masuknya produk impor di dalam negeri.

Ø Iklim

Ketika tiba musim penghujan dengan kelembaban iklim yang ekstrem perubahan cuacanya akan menimbulkan dampak yang negatif. Keseimbangan makhluk hidup harus diperhatikan karena jika sembrono akan dapat menyebabkan beberapa macam penyakit. Pada bisnis peternakan ayam petelur hujan bukanlah sesuatu yang dinanti dan menimbulkan kekhawatiran. Hujan yang berkepanjangan akan meningkatkan kelembaban udara, ini disinyalir sebagai kondisi yang baik bagi bibit penyakit untuk tumbuh dan berkembang biak. Jamur misalnya, yang dikenal sebagai agen penyakit yang dapat menimbulkan kerugian pada usaha peternakan. Keberadaan jamur sering dikaitkan dengan kondisi pakan ternak. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahanorganik dan anorganik yang diberikan pada ternak untuk memenuhi kebutuhannya.

Iklim Indonesia yang termasuk tropis tetap disinyalir sebagai faktor pendukung berjangkitnya penyakit pada ayam terutama yang berhubungan denganaspek lingkungan dan manajemen, kejadian penyakit immunosupresif yang tinggi terutama penyakit gumboro dan pencemaran inkubator yang sulit diatasi. Selain itu saat musim hujan tiba dengan frekuensi tinggi dapat mengakibatkan banjir yang dapat membawa lingkungan peternakan tidak sehat

Pada kondisi panas, dimana terjadi peningkatan temperatur (lebih dari 30°C) di luar kandang, akan menyebabkan pula peningkatan temperatur dalam kandang. Tingkat akumlasi amonia, CO2, dan gas buangan lainnya yang cukup tinggi ada dalam kandang, dapat pula menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur yang cukup ekstrem dalam lingkungan kandang. Kondisi tersebut sering memicu terjadinya heat stress pada ayam sehingga akan berdampak pada gangguan produksi telur baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk mengatasi dan mencegah hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga sirkulasi udara keluarmasuk kandang agar tetap baik dan bila memungkinkan dapat dilakukan fogging (penyemprotan uap air steril) pada siang hari dan secara rutin menarik kotoran ayam di bawah battery (1-2 minggu sekali).

Ø Biotik

Salah satu masalah yang sering muncul adlah pencemaran lingkungan baik dari limbah maupun hama/pest yang populasinya semakin meningkat karena peternakan. Munculnya gangguan tikus, lalat, kutu ataupun limbah menjadikan beban yang tidak sedikit. Oleh karena itu kberadaan hama harus dikendalikan. Kejadian di lapangan sering ditemui di lapangan karena keberadaan makanan yang melimpah sehingga tikus akan senang berhabitat di lokasi tersebut. Kerugiannya sangat banyak selain menggigit pullet, transmit berbagai penyakit, makan dan mengkontaminasi poultry feed. Selain itu kutu, caplak, dan tungau pada ayam dalam populasi cukup tinggi akan berdampak pada penurunan produksi dan anemia. Selain itu ada juga franki (kumbang kecil sebagai vektor penyakit Mareks Disease, Cecal Worm, dan Coccidiosis) juga sering dikaitkan dengan kondisi poultry feed terutama grain dan cereal product yang mengakibatkan pakan menjadi lembab, berjamur dan kualitas kurang bagus. Selain itu di kawasan peternakan ayam lalat sering dijumpai dan dapat sbagai vektor penyakit. Sering terjadi masalah dengan lingkungan sekitar kandang karena lalat yang mengganggu penduduk sekitar. Apalagi memasuki musim hujan, lalat akan berlipat populasinya. Sehingga tak ada pilihan lain untuk membuat suasana kondusif di kandang yaitu dengan pemberantasan dan penendalian hama.

Secara umum pengelolaan dan pengendalian hama melibatkan 2 hal penting yaitu pengelolaan nonkimiawi dan kimiawi.Dalam pengelolaan nonkimiawi yang perlu diperhatikan adalah aspek sanitasi untuk mengurangi ketersediaan makanan bagi hama dan meningkatkan efektifitas aplikasi insektisida yaitu dengan cara mengurangi penyerapan insektisida oleh sisa debu dan serbuk pakan yang tercecer sepanjang waktu, manajemen penyimpanan dengan mengatur komoditas yang disimpan dalam gudang dengan memberikan jarak tumpukan dengan dinding serta penerapan prinsip FIFO, dan eksklusi dengan menghalangi masuknya hama ke gudang. Selain itu dapat dilakukan juga pengelolaan kimiawi dengan space spray (penyemprotan ruangan dengan insektisida), residual spray ( memberikan deposit aktif pada permukaan yang dilewati ham), admixture (melindungi dengan mencampurkan langsung sebelum penyimpanan) dan fumigasi.

Jagung merupakan pakan yang dicampurkan dalam ransum ayam petelur. Bukan rahasia lagi bahwa bahan baku pakan merupakan impor hanya jagung yang masih disuplai dari dalam negeri apalagi konsentrat yang hampir 100% merupakan impor. Secara umum untuk mengurangi biaya pokok produksi yang hampir 80% kontribusinya pada biaya pokok produksi dapat dilakukan dengan cara efisiensi. Namun meskipun jagung merupakan produksi domestik, harga di pasaranpun merangkak naik setiap tahun bahkan dalam hitungan bulan. Perkembangan luas panen jagung sangat fluktuatif dan mekanisme pasar belum jelas selain itu produktivitas juga masih rendah dengan diikuti kualitas dan penanganan pascapanen yang belum baik. Apalagi bila terganggu musim yang tidak jelas tentu akan berpengaruh pada produktivitasnya. Permasalahan lain adalah adanya penggunaan jagung untuk pangan (sesuai dengan program pemerintah menggalakkan pangan nonberas dengan berbahan dasar pangan lokal) dan adanya bioenergi (etanol) tentu menjadikan jagung komoditas yang perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya karena menjadi rebutan beberapa usaha.

b. Lingkungan Tugas

Ø Kompetitor

Perkembangan peternakan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Masyarakat telah mengetahui betapa strategisnya bisnis bidang peternakan termasuk ayam petelur yang dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi protein hewani dan perkembangan industri makanan yang membutuhkan telur dalam pengolahannya seperti cake,bakery dan cookies. Hal ini tentu saja menjadi angin segar mengingat sektor industri sudah banyak yang colaps sehingga berwirausaha bidang peternakan dapat menjadi salah satu pilihan. Konsekuensi dari hal ini sebagai peternak harus dapat bersaing di pasar. Ada 4 kaidah yang dapat dilakukan peternak agar telur yang dihasilkan dapat layak jual yaitu genetik, nutrisi, kesehatan dan manajemen.

Telur yang saleable merupakan telur yang dihasilkan dari ayam yang secara genetik bagus, dipelihara dengan manajemen yang baik, nutrisi cukup dan selalu dijaga kesehatannya. Saat ini masyarakat sebagai konsumen telah mampu memilih pangan yang akan dikonsumsinya sehingga sebagai pemasok telu juga harus selalu mengikuti selera pasar. Beberapa inovasi juga dapat dilakukan seperti pemberian zat tertentu sehingga produknya mempunyai keunggulan. Seperti dengan pemberian makanan yang tinggi kandungan betakarotennya sehingga telur yang dihasilkan akan mengandung betakaroten tinggi. Betakaroten merupakan antioksidan yang diperlukan dalam tubuh. Mengingat trend di masyarakat kita yang sedang gencar mengkonsumsi antioksidan untuk menjaga kesehatan tubuhnya atau dapat juga diberi ransum paka tinggi DHA sehingga telur mempunyai kandungan DHA yang tinggi. Dengan berbagai sentuhan teknologi ini, produk akan siap bersaing di pasaran meskipun hanya mencakup pasar yang tidak terlalu besar namun persaingan tentu sedikit karena banyak peternak yang belum memikirkan hal tersebut.

Ø Pemasok/Supplier

Usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang padat modal. Asset yang dibutuhkan cukup banyak dan butuh kerjasama yang baik dengan para pemasok DOC, pullet, pakan dan sapronak lainnya. Beberapa industri peternakan telah berkembang pesat di Indonesia dari yang skala raksasa dan industri lain yang semakin menjamur membuat usaha peternakan tidak kesulitan untuk mendapatkan sapronak. Apalagi saat ini sudah banyak sistem kemitraan yang dikembangkan. Hanya dengan menyediakan lahan, kandang dan modal sesuai dengan persyaratan pihak inti akan memasok pullet, pakan, obat-obatan, dan pembinaan. Hasil budidaya akan dibeli oleh pihak inti dengan garansi.

Jika peternak ingin mandiri, perusahaan pakan, obat dan pullet sudah semakin banyak. Namun kadang pada saat tertentu, peternak dapat kesulitan pullet atau mendapat dengan harga sangat tinggi seperti saat ini karena kurangnya stok pullet di pasaran padahal banyak kandang yang kosong( afkir pada saat hari raya idul fitri cukup banyak). Itupun kadang peternak mendapat pullet yang kurang memuaskan. Untuk obat-obatan dan pakan, banyak industri yang menawarkan berbagai produknya. Dalam hal ini peternak harus selektif dalam memilih harga dan kualitasnya sehingga tidak tertipu oleh promosi yang diberikan. Kerjasama yang baik dengan supplier ini sangatlah diperlukan agar dapat terjaga kualitas produknya dan mendapat jaminan dari supplier yang dipilih.

Ø Pembuat Aturan

Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan industri bidang peternakan adalah proses deregulasi oleh pemerintah pusat dan daerah, kontrol yang akurat terhadap flu burung dan manusia serta adanya kepercayaan konsumen terhadap produk telur ayam. Bisnis peternakan merupakan bisnis yang strategis karena dapat menjadi pendorong pembangunan pertanian karena memiliki daya serap tenaga kerja yang banyak dan mendorong tumbuhnya pertanian lain seperti jagung dna kedelai. Mengingat posisinya yang strategis sebaiknya pemerintah memberikan perhatian khusus agar peternakan dapat kondusif berkembang di negara kita dan lebih kompetitif.

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan berupa aturan terhadap sentra peternakan terutama di kawasan timur Indonesia seperti snetra produksi bibit dan pakan. Selain itu pemerintah telahmengeluarkan ketetapan tentang pemberian izin usaha berdasarkan jenis ternak dan skala usahanya. Ini dimaksudkan agar para pelaku uasaha dalam menjalankan usahanya tidak mengalami banyak hambatan.

Disisi lain, adanya kebijakan pemerintah terhadap flu burung dengan pemusnahan massal unggas setidaknya menunjukkan kurang bijaknya pemerintah menyikapi wabah AI. Peraturan ini justru merugikan dunia peternakan terutama peternakan rakyat dan akan menguntungkan peternakan berskala besar dengan modal besar.

Berbagai kebijakan bidang perunggasan agaknya harus dijadikan sebagai agenda penting bagi pemerintah agar peternakan di Indonesia dapat bernafas lega. Ketergantungan terhadap impor agaknya masih menyulitkan peternak. Peningkatan mutu genetik ayam petelur lokal, peningkatan peran kelembagaan, menciptakan iklim usaha yang kondusif, optimalisasi penggunaan bahan baku lokal dengan adanya kerjasama lintas sektor perkebunan, tanaman pangan dan perikanan dan pengawasan mutu pakan. Untuk pencegahan masuknya produk ilegal perlu adanya kerjasama dengan instansi berwenang seperti balai karantina dan bea cukai, memperketat masuknya produk impor, investasi, perizinan, dan pajak. Adanya Permentan No. 50/ Permentan/ OT.140/ 10/2006 tentang Pedoman Pemeliharaan Unggas di pemukiman dan Surat Edaran Mentan sebaiknya ditindaklanjuti oleh Gubernur dan Bupati/Walikota masing-masing daerah.

Ø Konsumen

Bagaimanapun kemauan konsumen merupakan faktor yang menjadi penentu utama usaha akan berhasil atau tidak. Konsumen telur sangatlah luas dari konsumen rumah tangga sampai industri terutama pengolahan pangan. Posisi strategis ini harus mendapat perhatian serius. Trend di masyarakat dengan berbagai tuntutan yang menyertainya harus dapat dipenuhi apabila ingin dapat eksis dalam berbisnis. Untuk telur yang diinginkan oleh konsumen adalah telur yang memiliki kerabang yang tidak lunak dan berwarna kecoklatan karena lebih tahan bila disimpan dengan berat yang standard yaitu antara 15-17 butir per kg.

Seiring dengan semakin sadarnya masyarakat untuk mengkonsumsi protein hewani maka telur merupakan produk yang banyak dipilih karena lebih terjangkau harganya, dapat disimpan lama, praktis dalam pengolahannya dan mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan tidak kalah dengan daging. Melihat fenomena itu, agaknya di tahun mendatang, bisnis telur ini akan sangat menjanjikan bila dikembangkan dengan serius.

  1. Faktor Internal

Ø Pemilik

Peternak merupakan subyek dari usaha peternakan. Kesuksesan usaha peternakan ditentukan oleh kemampuan peternak dalam mengelola usahanya. Latar belakang pengetahuan, keterampilan dan pengalaman usaha adalah faktor penting yang hatus diperhatikan oleh peternak. Selain itu faktor kultur atau budaya masyarakat harus diketahui oleh pemilik dan disesuaikan dengan kultur budaya setempat dalam memilih komoditas yang akan diusahakan. Dalam usaha layer seringkali dijumpai peternak yang belum benar dalam menghitung BEP yang tidak mengikutkan biaya-biaya yang seharusnya dimasukkan dalam penghitungan sehingga tidak optimal dalam kelangsungan usahanya.

Informasi pasar selayaknya selalu diketahui oleh pemilik. Terjadinya fluktuasi harga telur yang selalu terjadi membuat peternak harus selalu menjalankan pemantauan pasar. Selain itu perkembangan keinginan konsumen, perubahan harga pakan dan obat yang digunakan juga harus selalu diperhatikan agar peternak dapat menghitung cost produksi sehingga tidak terjadi kerugian dlam usahanya.

Banyak di antara peternak yang menjalankan usaha hanya sebatas usaha sampingan (subsisten) dan dikerjakan secara tradisional belum memaksimalkan pemanfaatan teknologi budidaya ternak. Padahal melihat strategisnya bisnis peternakan layer ini sangat disayangkan selain itu, peternakan ayam petelur merupakan peternakan yang harus dikerjakan secara modern jika ingin dapat maksimal keuntungannya mengingat sifat asli dari layer merupakan ayam modern. Peternak harus memahami hal ini sehingga mau tidak mau manajemen pemeliharaan secara modern harus dilaksanakan untuk mendukung keberhasilannya. Oleh karena itu, pengembangan Sumber Daya Manusia Peternakan menjadi sangat penting bagi usaha peternakan agar dapat bersaing dengan usaha sektor lain.

Ø Karyawan

Pada usaha peternakan, tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari keluarga sendiri dan dari luar. Kecakapan pekerja sangat diperlukan dna pengetahuannya harus luas agar dpat mengelola dengan baik. Pemilik harus selektif dalam memilih pekerja, mereka harus benar- benar mempunyai kompetensi di bidang peternakan. Kegiatan pokok dari tenaga kerja adalah pembersihan kandang dan pemberian pakan.

Pengorganisasian tenaga kerja harus dilakukan untuk mencapai efisiensi kerja. Pengorganisasian ini menyangkut pada pembagian kerja sehingga jelas tanggungjawabnya. Selain itu karyawan sebaiknya diberi pengetahuan yang cukup tentang peyakit ternak dan cara mengelolanya agar tidak terjadi hal yang merugikan. Kejujuran pekerja juga harus diperhatikan. Karyawan di peternakan sering tidak jujur dengan mengambil ayam atau telur untuk dipergunakan sendiri. Tindakan ini tentu saja akan mendatangkan kerugian pada usaha. Sehingga latar belakang karyawan harus diketahui oleh pemilik usaha serta pemberian upah/gaji yang cukup memadai dan perhatian akan kesejahteraannya harus menjadi tugas penting bagi pemilik usaha.

Ø Lingkungan Kerja Fisik

Manajemen yang kurang maksimal pada akhirnya akan menghasilkan performa yang tidak optimal. Sebagai contoh perkandangan, konstruksi yang salah menyebabkan sirkulasi yang tidak lancar dan kurangnya cahaya yang masuk ke kandang sehingga ayam tidak nyaman dalam berproduksi. Pengawasan kandungan obat ternak serta cemaran mikrobia, mikotoksin dan senyawa lainnya pada pakan ternyata sering belum sesuai dengan ketentuan. Sehingga perlu digalakkan sosialisasi tentang pentingnya mengikuti petunjuk penggunaan obat ternak baik yang digunakan dalam pakan komersial maupun untuk pengobatan.

Dalam manajemen pemeliharaan ayam faktor biosekurity harus selalu mendapatkan perhatian serius untuk mencapai puncak kemampuan genetik ayam. Semakin tingginya produktivitas, ayam akan semakin sensitif terhadap perubahan lingkungan dan ancaman penyakit, sehingga membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik. Berbagai ancaman penyakit dari virus, bakteri dan jamur perlu dihilangkan atau paling tidak dibatasi perkembangannya sehingga kontak agen penyakit infeksius dengan ayam dapat diminimalkan. Setiap peternakan hendaknya perlu dibuat Standard Operasional Procedure (SOP) biosekuriti yang baku. Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah :

1. Lokasi peternakan

Jarak antar lokasi peternakan merupakan tolok ukur yang digunakan sebagai parameter. Dengan jarak yang cukup akan dapat mencegah penularan enyakit dari udara, pengawasan pakan lebih ketat, pengangkutan telur dan lalulintas karyawan dapat diawasi.

2. Perkandangan

Fokus yang dilakukan adalah pembersihan, desinfeksi dan istirahat kandang sehingga tidak ada agen infeksius yang tersisa.

3. Peralatan

Sebaiknya tidak menggunakan peralatan yang sama untuk unit peternakan yang beda, investasi terhadap peternakan perlu dilakukan. Pembersihan peralatan dengan desnfeksi sebaiknya rutin dilakukan.

4. Air

Penggunaan air tanah dalam sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas peternakan. Air yang tidak mengandung koliform danjumlah bakteri yang rendah serta tidak mengandung logam berat sangat diperlukan sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi kesehatan ayam.

5. Litter

Penggunaan serutan kayu merupakan piihan terbaik selain karena daya serap tinggi juga untuk mengurangi pencemaran salmonella. Selain serutan kayu, bahan lain yang sering digunakan adalah jerami dan sekam. Litter yang dipakai sebaiknya telah diberi desinfektan untuk mengurangi infeksi bakterial dan mengurangi infeksi parasit seperti koksidia.

6. Penetasan dan bibit

Status kesehatan ayam induk mempengaruhi kinerja penetasan maka akan lebih baik seluruh sumber telur berasal dari ayam induk sendiri yang status kesehatannya diketahui. Sebaiknya tidak ada infeksi salmonella pada DOC atau lingkngan penetasan dan rendahnya pencemaran jamur dan angka kematian rendah pada 7 hari pertama pemeliharaan.

7. Karyawan Peternakan

Lalu lintas karyawan merupakan sumber potensial pembawa agen infeksius ke dalam area peternakan. Staf karyawan yang rutin kontak dengan ayam dipeternakan tidak diperkenankan memiliki ayam peliharaan di rumah selain itu, protokoler kunjngan ke areal peternakan harus selalu dimonitor untuk menghindari penularan horizontal

III. PENUTUP

Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya meskipun banyak
alasan yang lainnya. Oleh karena itu semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan harus atau selalu diarahkan dalam pencapaian kestabilan kelangsungan hidup dan perkembangan usaha. Pengelolaan ayam petelur yang baik adalah sangat penting untuk mempeoleh tingkat produksi telur yang tinggi. Apabila ayam petelur dipupuk sebagai sumber penghasilan yang menguntungkan, maka mereka harus tumbuh berkesinambungan sepanjang masa perkembangannya.

Apapun yang terjadi, krisis moneter, wabah AI, pemusnahan massal ternak, dan beberapa kondisi lain yang menyertai hiruk pikuk usaha peternakan menjadikan peta tersendiri. Dalam bidang peternakan agaknya dapat diraba kekuatan ekonomi, dan bisnis peternak, pangsa utama bisnis sapronak sekaligus pelaku utama pemasok produk peternakan yang tersedia di masyarakat sampai pada posisi siap konsumsi. Peternak sampai hari ini masih eksis berbisnis, hal ini merupakan indikasi bagaimanapun juga bisnis peternakan merupakan bisnis yang menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Machdum, Nurvidia, 2007. Biosekuriti- Program Esensial di Peternakan Ayam dalam Infovet Edisi 154. Jakarta.

Rahardi, F dan Rudi Hartono, 2006, Agribisnis Peternakan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Wiryawan, Wayan, 2006. Gangguan Produksi Pada Ayam Petelur Komersial dalam Infovet Edisi 140. Jakarta.